Dengan banyaknya protes yang terjadi, sepertinya Brazil merupakan pilihan yang tidak tepat untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2014. Hal ini diungkapkan oleh Presiden FIFA, Sepp Blatter yang menyebutkan ada lebih dari 1 juta demonstran di jalan-jalan untuk memprotes penggunaan budget sebesar $14 juta untuk ajang sepakbola dunia ini, sementara warga Brazil masih hidup dalam kemiskinan.
Departemen olahraga Brazil membantah hal tersebut mengingat kesuksesan Piala Konfederasisebagai bukti bahwa negara Amerika Selatan ini memiliki kemampuan untuk menjadi tuan rumah dalam ajang sepakbola dunia kelas tinggi seperti Piala Dunia. Namun sayangnya, di kota-kota di mana Piala Konfederasi diadakan, para pengunjuk rasa terlihat keluar dan melanjutkan aksi protesnya meskipun angkatan bersenjata sudah menembakkan peluru karet. Bahkan pada pertandingan antara Brazil dan Spanyol di Maracana Stadium, gas air mata sempat memenuhi stadium tersebut selama babak pertama.
Untuk menyelesaikan hal ini, Blatter berencana untuk mendiskusikan masalah ini ketika ia bertemu dengan Presiden Brazil, Dilma Rousseff pada September mendatang.
“Bagi saya, aksi protes ini seperti lonceng alarm untuk pemerintah, senator dan parlemen,” ujar Blatter. “Mereka harus mengatasi hal ini agar tidak terjadi lagi… kami yakin bahwa pemerintahnya, terutama presiden, akan menemukan cara untuk menyelesaikan masalah ini, Mereka memiliki waktu 1 tahun untuk menyelesaikannya.”
Untuk menanggapi pernyataan Blatter, departemen olahraga Brazil menekankan bahwa aksi protes tersebut hanyalah hal biasa di negara demokrasi – sesuai dengan pemerintahan di Brazil.
“Mengenai demonstrasi yang terjadi, Brazil adalah negara demokrasi yang memberikan kebebasan sepenuhnya bagi warganegaranya untuk berpendapat dan berekspresi”.
No comments:
Post a Comment